Jumat, 19 Maret 2010

DURIAN KUNIR TRENGGALEK JUARA II SE-JATIM

Angga­pan durian montong lebih enak dibanding durian lokal tidak selamanya benar. Hal itu dibuktikan dalam perlombaan durian yang di­gelar di Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perta­nian (BPPTP) Malang, beberapa waktu lalu. Perlombaan yang diikuti seluruh daerah penghasil durian di Jatim termasuk Treng­galek tersebut, ternyata persen­tase durian montong yang dapat dimakan hanya sekitar 2 persen per durian. Hal ini jelas berbeda dengan durian lokal.

“Untuk durian lokal persentase yang dapat dimakan sekitar 3 persen, jadi lebih banyak durian lokal,” ungkap Didik Susanto, ka­bid Hortikultura Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan (Dis­perhutbun) Trenggalek kemarin.

Menurut Didik, untuk meng­hitung persentase yang dapat di­makan pada durian. Yakni, pertama durian utuh ditimbang beratnya. Kemudian dibuka dan dimakan, setelah itu, kulit dan ponggenya (isi durian) ditimbang lagi. “Berdasar hasil tersebut, ternyata durian lo­kal beratnya lebih kecil dibanding durian montong, artinya, persentase yang dimakan pada durian lokal lebih banyak ketimbang durian asal Thailand tersebut,” jelasnya.

Didik menyatakan, untuk durian Trenggalek yang dilombakan yakni durian kunir asal Desa Dukuh, Kecamatan Watulimo. Durian ini menyabet juara II kalah dari Blitar. Durian ini kalah pada point edible point yakni persentase yang dapat dimakan, dan penampilan. “Durian kami menang pada warna daging dan rasa,” kata Didik.

Dia melanjutkan, pada perlom­baan tersebut ada empat kreteria penilian. Pertama pada persen­tase yang dapat dimakan. Pada kreteria ini nilai maksimalnya 40 persen. Kedua pada penampilan luar bobotnya 30 persen. Ketiga warna daging buah bobotnya 15 persen. Keempat rasa,bobotnya juga 15 persen. “Durian asal Bli­tar menang pada point pertama dan penampilan luar,” ujarnya.

Didik melanjutkan, kekurangan pada durian kunir, Watulimo yakni bobot persentase yang bisa dimakan kurang dari 40 persen. Kulit durian kunir sangat tebal. Selain penampilan durian tersebut tidak menarik. “Kulit pada durian ini hijau bercampur cokelat, jika warna hijau semua atau hijau campur kunir pasti durian kami juara satu,” jelasnya.

Didik menambahkan, melihat kondisi tersebut tim juri me­nyarankan ke petani durian kunir agar menjual durian ini dalam keadaan terbuka. Maksudnya, dijual dalam keadaan terkelupas. “Seperti dijual di supermarket atau swalayan,” katanya. Selain itu saran dari juri, agar pemkab untuk lebih memperhatikan lagi petani durian.

0 komentar:

Posting Komentar