Minggu, 01 Agustus 2010

PAMERAN BONSAI & PUSAKA DIGELAR TANGGAL 1 – 7 AGUSTUS 2010

Pembukaan Pameran Bonsai dan Pusaka 
Oleh Bupati Trenggalek
          Salah satu rangkaian kegiatan dalam memperingati Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan ke-65 Republik Indonesia dan Hari Jadi Trenggalek yang ke-816 Tahun 2010 adalah Pameran Bonsai, Tanaman Hias dan Pusaka. Menurut rencana, pameran diselenggarakan mulai tanggal 1 Agustus sampai dengan 7 Agustus 2010. Sedangkan lokasi pameran meliputi Halaman utara Pendopo Kabupaten Trenggalek untuk Bonsai dan Tanaman Hias dan Graha Bhawarasa untuk Pameran Pusaka. Pameran telah dibuka oleh Bupati Trenggalek, H. Soeharto pada tanggal 1 Agustus 2010 ditandai dengan pemutusan benang lawe dengan keris.
Menurut laporan Ketua Seksi Pameran Bonsai, Tanaman Hias dan Pusaka, Ulang Setyadi, SH, M.Si, maksud dan tujuan pameran adalah untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap sejarah dan karya seni anak bangsa. Selain itu untuk mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dan berkreasi dalam rangka meningkatkan perekonomiuan melalui budi daya tanaman hias dan bonsai. Lebih lanjut Ulang Setyadi menjelaskan bahwa untuk Pameran Bonsai dan Tanaman Hias diikuti oleh peserta dari PPHBI Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Trenggalek dengan jumlah tanaman yang dipamerkan 130 batang. Sedangkan juri berasal dari Solo, Surabaya dan Malang. Sedangkan untuk Pameran Pusaka diikuti oleh peserta dari Kabupaten Trenggalek dengan jumlah 100 buah pusaka, sebagian besar keris.

           Dalam kesempatan tersebut Bupati Trenggalek, H. Soeharto menyatakan bahwa hobi merawat bonsai dan tanaman hias kalau ditekuni dengan serius bisa untuk sandaran hidup. Oleh karena itu, Bupati mengharapkan agar para penghobi tanaman hias dan bonsai terus mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya. Sehingga tanaman hias dan bonsai dari Kabupaten Trenggalek disamping sebagai kegiatan ekonomis produktif juga memiliki keunggulan komparatif.
            Terkait dengan pusaka dan benda-benda kuno yang dipamerkan, H. Soeharto mengharapkan agar masyarakat menghargai nilai-nilai esoteris yang terkandung pada pusaka atau benda kuno, bukannya nilai magisnya. Selain itu, masyarakat diminta untuk ikut merawat dan memelihara warisan adiluhung yang telah diakui dunia, terutama untuk keris, sehingga dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya[ys]#.

0 komentar:

Posting Komentar